BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah
makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu
dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di
sekitarnya. Pada kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau
merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi
akibat interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi,
kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau
cara- cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu
daerah sementara kita berasal dari daerah lain. Dalam hubungannya
dengan proses budaya, komunikasi yang ditujukan kepada orangatau kelompok lain
adalah sebuah pertukaran budaya. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur
kebudayaan, salah satunya adalah bahasa, sedangkan bahasa adalah
alat komunikasi. Untuk mempelajari komunikasi sebagai proses budaya kita
terlebih dahuluharus memahami apa yang dimaksud dengan istilah budaya atau
kebudayaan dan apa yang dimaksud dengan istilah komunikasi, karena dengan
memahami kedua istilah tersebut akan memudahkan bagi kita untuk membahas
komunikasi sebagai proses budaya.Bagi para pelaku bisnis, pemahaman yang baik
terhadap budaya di suatu daerah, wilayah, atau Negara menjadi sangat penting
artinya bagi pencapaian tujuan organisasi bisnis.
Secara
sederhana, komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang
digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal
dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah, atau
Negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya
asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di
berbagai daerah dalam wilayah suatu Negara. Di tengah keragaman budaya
dunia saat ini , banyak sekali hal yang menjadi tantangandalam melakukan suatu
komunikasi. Perbedaan kultur, etnosentrisme, dan bahasa merupakan hambatan
yang pasti ditemui dalam setiap proses komunikasi antar budaya.
Sehingga harus
dapat kita pahami elemen-elemen yang membuat komunikasi antar budaya tersebut
berhasil dilakukan dengan melihat unsur budaya low context atau high context
yang digunakan .
B. TUJUAN
Agar mahasiswa
dapat mengetahui hal-hal yang sangat berperan dalam komunikasi yang terjadi
antar budaya dan mampu memahami kultur low dan high context dalam
komunikasi lintas budaya serta Dapat memahami bagaimana komunikasi lintas
budaya dilakukan secara baik, dengan mengurangi hambatan-hambatan yang ada
BAB II
GAMBARAN UMUM
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat-istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Sebuah budaya
akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Namun seperangkat
karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah kelompok secara keseluruhan dapat
dilacak, meskipun telah berubah banyak, dari generasi ke generasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Intercultural communication is the process of
sending and receiving messages between people of different cultures.
Komunikasi Antarbudaya (Intercultural Communication)adalah
proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya [baik dalam arti ras,
etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi.
Penggolongan kelompok budaya tidak bersifat mutlak; kita
boleh memilih satu atau lebih untuk menandai sebuah kelompok yang memiliki
budaya yang sama. Misalnya di USA. Orang Amerika berbicara tentang
orang-orang asli California, Nebraska, dan New Hampshire sebagai
berasal dari budayabudaya regional yang berbeda (West Coast, Midwest,
dan New England), Kita boleh menyebut masing-masing sebagai anggota
sebuah budaya kota atau budaya desa, atau sebagai anggota budaya Irlandia atau
budaya Yahudi. Kita boleh menganggap mereka sebagai anggota-anggota budaya
Barat yang lebih luas lagi.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Atau
dalam versi lainnya
Culture is a shared system of symbols,
beliefs, attitudes, values, expectations, and norms for behavior. Subcultures
are distinct groups that exist within a major culture.
Cara anda berpakaian, hubungan anda dengan orangtua dan
teman-teman anda, apa yang anda harapkan dari perkawinan dan pekerjaan, makanan
yang anda makan, bahasa yang anda gunakan, semuanya itu dipengaruhi oleh budaya
anda. Ini tidak berarti bahwa, anda berpikir, percaya, dan bertindak sama
persis seperti setiap orang lainnya dalam budaya anda.
Sebuah budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke
waktu. Namun seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
secara keseluruhan dapat dilacak, meskipun telah berubah banyak, dari generasi
ke generasi.
B. Etnosentrisme
Dalam berkomunikasi, kita cenderung untuk menghakimi
nilai, adat istiadat atau aspek-aspek budaya lain menggunakan kelompok
kita sendiri dan adat istiadat kita sendiri sebagai standar bagi
semua penilaian. Disadari atau tidak, kita sering mengganggap kelompok
kita sendiri, negeri kita sendiri, budaya kita sendiri, sebagai yang terbaik,
yang paling bermoral, dsb.
Etnosentrisme sulit
dihilangkan, karena ia bersumber pada psikologi manusia (memperoleh dan
memelihara penghargaan diri). Dan ini merupakan keinginan yang sangat manusiawi
dari tiap orang yang berlatar budaya yang
berbeda.
Konsep ini mewakili
sebuah pengertian bahwa setiap kelompok etnik atau ras mempunyai semangat bahwa
kelompoknyalah yang lebih superior dari kelompok lain.
Prasangka merupakan sikap negatif atas suatu kelompok
tertentu dengan tanpa alasan dan pengetahuan atas seseuatu sebelumnya.
Prasangka ini juga terkadang digunakan untk mengevaluasi sesuatu tanpa adanya
argument atau informasi yang masuk
Streotip berasal dari kecenderungan untuk mengorganisasikan
sejumlah fenomena yang sama atau sejenis yang dimiliki oleh sekelompok orang ke
dalam kategori tertentu yang bermakna. Streotip berkaitan dengan konstruksi
imej yang telah ada dan terbentuk secara turn-temurun menurut sugesti. Ia tidak
hanya mengacu pada imej negatif tetapi juga positif. Misalnya masyarakat Batak
yang memiliki streotip yang kasa da tegas sdangkan masyarakat Jawa dikenal
sebgaia masyarakat yang luwes, lemah, dan penurut.
Adanya perbedaan
budaya dimasing-masing kelompok, masyarakat dan negara, juga turut mempengaruhi
efektifitas komunikasi antarbudaya. Adapun kunci keberhasilan dalam hubungan
komunikasi bisnis juga dapat dipengaruhi oleh hal-hal seperti :
§ Social values
contohnya orang Amerika dikenal dengan etos kerja keras, sukses
dapat diukur dari sisi materi, berorientasi pada tujuan dan efesiensi.
Sementara untuk Indonesia dengan tingkat pengangguran usia kerja yang tinggi,
menciptakan lapangan pekerjaan jauh lebih penting daripada bekerja secara
efisien.
§ Roles and Status
contohnya, dibanyak negara wanita masih belum [tidak] memainkan
peranan yang menonjol dalam bisnis, pemerintahan bahkan dalam praktek
kesehariannya masih ada batasan-batasan. Hal ini dikarenakan adanya sistem
nilai, kepercayaan, dan pengaruh kuat agama.
Konsep status juga berbeda. Seorang eksekutif Amerika menunjukkan
tanda-tanda statusnya dengan menunjuk kepada nilai materialistik. Big boss biasanya
mempunyai ruang kantor besar, karpet yang bagus, sofa yang mahal,
asesori-asesori yang mahal, dll. Mempunyai kantor pribadi lebih terhormat di
Amerika, daripada sebuah meja kerja pribadi di ruang terbuka. Ini disebutnya Spatial
Arrangements. Dalam budaya lain, dikomunikasikan dalam cara yang berbeda,
misalnya seorang eksekutif Perancis akan lebih terhormat apabila duduk di
tengah dalam area yang terbuka.
§ Concept of Time
Perbedaan persepsi terhadap waktu adalah faktor lainnya yang bisa
menyebabkan misunderstandings . Para ekekutif Amerika dan Jerman melihat
waktu sebagai sesuatu yang harus diencanakan dan dipergunakan secara efisien,
berfokus hanya pada tugas pekerjaan tiap periode yang sudah terjadwal. Waktu
adalah terbatas, jadi mereka mencoba langsung mendapatkan sesuatu [informasi,
pendapat, masukan, pengarahan, dll] secepat mungkin ketika berkomunikasi.
Disisi lain, para eksekutif Amerika Latin dan Asia melihat waktu
sebagai sesuatu yang fleksibel. Karena dalam budaya mereka, membangun sebuah
dasar/fondasi hubungan bisnis adalah jauh
lebih penting daripada batas waktu pertemuan untuk tugas tertentu.
§ Concept of Personal Space
Seperti halnya waktu, ruang/ jarak dalam berkomunikasi seringkali
menyebabkan pengertian yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam Budaya
Barat dalam berkomunikasi biasanya mereka berdiri 5 feet selama
percakapan bisnis. Jarak ini bagi orang Jerman dan Jepang, adalah dekat namun
tidak nyaman . Tetapi bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak ini jauh
dan tidak nyaman.
Budaya Barat cenderung bereaksi negatif (tanpa pemberitahuan kenapa),
ketika seorang Arab bergerak mendekat selama percakapan. Dan orang Arab mungkin
bereaksi negatif [tanpa pemberitahuan kenapa] ketika seorang Amerika/ Kanada
bersikap mundur agak menjauh selama percakapan.
C. Perbedaan
Komunikasi Antara kultur Low Context dan High Context
Dalam bukunya, antropolog Edward Hall
membedakan budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah. Menurutnya, budaya
bisa dianggap ada dalam suatu rentang (continuum), seperti tampak dalam
gambar di bawah.
§ Budaya Konteks Tinggi
• Jepang
• Arab
• Yunani
• Spanyol
• Italia
• Inggris
• Prancis
• Amerika
• Skandinavia
• Jerman
• Jerman-Swiss
§ Budaya Konteks Rendah
Contoh budaya-budaya
yang disusun dalam suatu rentang antara Budaya Konteks Tinggi dan Budaya
Konteks Rendah (Sumber : Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Communication
Between Cultures, Belmont, CA : Wadsworth, 1991, hlm. 235)
Budaya konteks
tinggi dan budaya konteks rendah mempunyai beberapa perbedaan penting dalam
cara penyandian pesannya. Anggota budaya konteks tinggi lebih terampil
membaca perilaku nonverbal dan "dalam membaca lingkungan" , dan
mereka menganggap bahwa orang lain juga akan mampu melakukan hal yang sama.
Jadi mereka berbicara lebih sedikit daripada anggota-anggota budaya konteks
rendah. Umumnya komunikasi mereka cenderung tidak langsung dan tidak ekplisit.
Budaya konteks
rendah, sebaliknya menekankan komunikasi langsung dan ekplisit : pesan-pesan verbal
sangat penting, dan informasi yang akan dikomunikasikan disandi dalam pesan verbal.
Budaya konteks tinggi antara lain budaya Cina, Korea, Jepang, Indonesia.
Dalam membandingkan
orang-orang Amerika dengan orang-orang Melayu dan Jepang, Althen memberikan
suatu contoh dimensi konteks tinggi/ konteks rendah :
Orang-orang Amerika memperhatikan kata-kata yang orang gunakan
untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan perasaan. Mereka umumnya tidak
terampil dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain. "Oh, kalian
orang Amerika!" kata seorang wanita Jepang yang jengkel dipaksa
menjelaskan rincian tentang suatu situasi yang tidak menyenangkan, "Kamu
harus mengatakan segalanya!"(Althen, 1992, Hlm. 416).
Orang Indonesia juga sangat pintar dalam "membaca" pesan
nonverbal orang lain. Misalnya mahasiswa yang akan menghadap dosen untuk urusan
skripsi, maka mhs tsb harus dapat melihat apakah sang dosen itu sedang dalam
suatu situasi ceria (wajah), menyenangkan, punya waktu, dan bisa diajak
konsultasi dsb.
Kalau tidak bisa mahasiswa
tersebut dimarahi habis-habisan karena tidak mengerti keadaan sang dosen
yangsedang tidak mood.
D.
Perbedaan Budaya dalam Komunikasi
Nilai (value)
didefinisikan sebagai keyakinan dasar (Robbins: 158). Nilai akan
mempengaruhi persepsi seseorang, sehingga seseorang yang
masuk ke suatu organisasi atau perusahaan akan membawa
persepsinya mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Secara umum
orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai
masalah. orang-orang Amerika dikenal dengan etos kerja keras, sukses dapat
diukur dari sisi materi, berorientasi pada tujuan dan efesiensi Kekayaan yang
diperoleh dari usahanya sendiri merupakan sinyal superiototas,dan orang yang
bekerja keras lebih baik daripada yang tidak bekerja keras.Di Indonesia,
khususnya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan masih memiliki
kebersamaan yang tinggi,sementara ada kecenderungan bahwa nilai-nilai gotong
royong mulai memudar di daerah perkotaan, seiring dengan semakin tingginya
sikap individualities. Indonesia dengan tingkat pengangguran usia kerja yang
tinggi, menciptakan lapangan pekerjaan jauh lebih penting daripada bekerja
secara efisien.
Budaya menuntun
peran yang akan dimainkan seseorang,termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa,
apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi.
E. Linguistic (Bahasa)
Dalam bisnis
global persyaratan pemahaman bahasa asing tidak dapat
dihindari lagi. lnteraksi dengan orang asing bukan hanya karena
dalam perusahaan mempekerjakan orang-orang dari berbagai
negara, tetapi perusahaan global juga berhubungan dengan pemasok, pelanggan,
agen, distributor, pesaing, dan hukum dariberbagai
negara. Bahasa internasional adalah bahasa lnggris, sehingga
pemahaman bahasa lnggris merupakan hal yang penting, namun dalam
bisnis-bisnis tertentu diperlukan penguasaan bahasa
lain.Dalam perkembangan ekonomi di lndonesia, di mana pada
tahun 1996 terdapat 265 (49,76%) perusahaan asing
berasaldari Jepang, maka pemahaman bahasa Jepang
menjadi signifikan dalam komunikasi bisnis
F. Konteks
Budaya
Salah satu
berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat
ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks budaya tinggi seperti Korea Utara
atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tetapi lebih
banyak tergantung pada komunikasi non verbal. Dalam melakukan percakapan mereka
cenderung menyampaikan pesan-pesan secara tidak langsung (indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun gerakan-gerakan
tubuh. Dalam konteks budaya rendah,seperti Amerika Serikat dan Jerman, orang
sangat tergantung pada komunikasi verbal dan bukan komunikasi non verbal.
Saat ini semakin
banyak pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia.
Hal ini menjadikan komunikasi bisnis antar budaya dan antar Negara semakin
menjadi hal yang sangat penting. ASEAN (AFTA/ASEAN
Free Trade Area), kawasan Asia Pasifik (APEC), kawasan Amerika Utara (NAFTA/ North American Free Trade Area),
kawasan eropa tengah (CEFTA/Central
European Free Trade Agreement), kawasan Eropa (EFTA/European Free trade area), dan kawasan Amerika Latin (LAFTA/Latin American Free Trade area)
adalah beberapa contoh kongkrit terjadinya komunikasi dan kerja sama antar
Negara. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya batas-batas Negara dalam komunitas
tersebut yang akibatnya terjadi pada pergeseran nilai-nilai budaya, adat
istiadat, dan bahasa (Globalisasi). Kondisi ini juga didukung pesatnya
perkembangan ICT (Teknologi Komunikasi dan Informasi) seperti internet, tv
Kabel dan lain sebagainya dan membuat kita lebih mudah untuk mempelajari dan
mengakses kebudayaan lain ataupun Negara lain yang walaupun letaknya secara
geografis tidak memungkinkan kita berada secara langsung. Hal-hal penting yang
menjadi elemen agar suatu komunikasi lisan dan tulisan berhasil dilakukan,
antara lain :
a.
Nilai-nilai
Sosial nilai kemasyarakatan yang hidup dan berkembang pada suatu wilayah
b.
Peran dan status
Sektor publik dan status sosial yang berbeda ukurannya antara negara satu
dengan yang lain
c.
Pengambilan
Keputusan Di setiap kebudayaan system pengambilan keputusan akan berbeda dengan
kebudayaan lain. Contoh : Di Negara-negara maju seperti A.S. para eksekutif
selalu berupaya cepat dan seefisien mungkin mengambil suatu keputusan penting.
Sedangkan di kawasan Asia, keputusan cenderung berlangsung secara lambat dan
bertele (hubungannya dengan low context dan high context)
d.
konsep waktu
Sebagian besar penduduk di Negara maju sudah menyadari bahwa waktu sangatlah
berharga. Untuk menghemat waktu, mereka membuat rencana bisnissecara efisien
dengan memusatkan perhatian pada tugas tertentupada periode tertentu juga
Sedangkan di Asia, umumnya memandang waktu secara fleksibel.Menurut mereka,
menciptakan dasar-dasar hubungan bisnis lebih penting daripada sekedar dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan.
e.
Konsep Jarak
Komunikasi Adanya pemisahan kepentingan pribadi dengan kepentingan bisnis,
tergantung kapan dia melakukan komunikasi.
f.
Konteks Budaya
Penggunaan konteks rendah dan konteks tinggi tergantung di kebudayaan mana
komunikasi itu berada dan berlangsung
g.
Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh merupakan salah satu elemen penting dalam komunikasi, khususnya
High Context culture.
G. Komunikasi Non Verbal
§ Body language, contoh mengatakan "NO". Bagi
orang Amerika dan Kanada, mengatakan "NO" dengan menunjukkan geleng-geleng
kepala (shake their heads and forth) . Orang Bulgaria menunjukan
dengan kepala naik turun (nod up and down). Orang Jepang dengan menggerak-gerakan
tangan kanan. Orang Sisilia (Italia) dengan mengangkat dagunya.
§ Eye Contact, Contohnya orang Amerika Utara melihat eye contact sebagai
tanda kejujuran. Orang yang berkomunikasi dengan orang lain tidak memandang
mata lawan bicara dipandang tidak jujur. Anak-anak orang Puerto Rico
diajarkan untuk tidak memandang mata orang dewasa karena tidak sopan. Orang
Jepang mengajarkan anak-anak mereka agar melihat orang yang jauh lebih tua
hanya sebatas leher. Di Korea memandang lawan bicara terus menerus diartikan
sebagai tanda perbuatan kasar. Di negara Arab, antara pria dan wanita tidak
dianjurkan untuk saling menatap satu sama lain, karena bisa diartikan melanggar
Hukum agama Islam, atau memandang orang yang bukan muhrimnya.
§ Smiling, pepatah Cino kuno mengatakan, “orang tanpa
senyum tidak boleh membuka toko". Senyum adalah bahasa universal, yang
bisa menutupi rasa malu, kesedihan/ duka, emosi, bahkan rasa marah seseorang.
§ Gestures, mempunyai makna berbeda ditiap negara. Di Bulgaria, orang yang
menganggukanggukan kepala bisa berarti mengatakan "no" dan
menggeleng-gelengkan kepala mereka yang bisa berarti berkata "iya".
§ Personal Space, adalah jarak yang diinginkan seseorang [wanita/pria] ketika
berkomunikasi atau pertukaran yang bukan dalam kondisi intim. Hasil observasi
dan experimen terbatas menyimpulkan bahwa, kebanyakan orang Amerika Utara,
Eropa Utara dan Asia menginginkan ruang pribadi yang lebih besar dibandingkan
dengan orang Amerika Latin, Perancis, Italia dan Arab.
§ Touch, hasil studi di US menunjukkan bahwa sentuhan diintepretasikan
sebagai menunjukkan "kekuatan" atau bisa diartikan membantu atau
menolong. Orang yang jauh lebih kuat, menyentuh orang yang kurang kuat.
§ Time. Masalah perbedaan waktu merupakan hal yang lumrah di belahan bumi
manapun. Tetapi yang jauh lebih penting adalah adanya perbedaan sudut pandang
terhadap waktu dan sikap terhadap waktu.
Komunikasi non
verbal usianya lebih tua daripada komunikasi verbal. Hingga usia kira-kira 18
bulan, manusia cenderung bergantung total pada komunikasi non verbal seperti
sentuhan, senyuman, pandangan mata, bunyi-bunyian, dll. Maka tidaklah
mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan non
verbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non berbal orang lain disebut
intuitif, sedangkan yang terampil
mengirimkannya disebut ekspresif.
Manusia mempersepsi
tidak hanya lewat bahasa verbalnya saja, seperti bagaimana bahasanya (halus,
kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dsb), namun juga melalui perilaku
non verbalnya. Pentingnya pesan non verbal ini misalnya dilukiskan frase,
“bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia
mengatakannya” . Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana
emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal
kita pada sesorang sering didasarkan perilaku non verbalnya, yang mendorong
kita untuk mengenalnya lebih jauh.
Secara sederhana,
pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi,
dan bermakna bagi orang lain.
H. Fungsi Pesan non Verbal.
Dilihat dari
fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman
menyebutkan lima fungsi pesan non verbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan
perilaku mata, yakni sebagai :
1. Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang
memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “Saya
tidak sungguh-sungguh”.
2. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan
depresi atau kesedihan.
3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan
terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
4. Penyesuai.
Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu
merupakan respons yang tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk
mengurangi kecemasan.
5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil
dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan
perasaan takut, terkejut, atau senang.
I. Oral
Communication
§ Understatemen
merupakan
kebiasaan mengecilkan persoalan.
§ Exaggerate
adalah
pernyataan yang dilebih-lebihkan atau dibesar-besarkan. Seorang businessman dalam
bernegosiasi dengan seorang Jerman berkata, "I know it's impossible,
but can we do it ? " . Bagi orang Jerman pernyataan itu menunjukkan
"tidak bisa dikerjakan". Namun bagi orang Amerika melihatnya "impossible"
sebagai ada hubungan kuat dengan berkata "difficult" dan
diasumsikan dengan adanya kecukupan sumberdaya dan komitmen untuk
melakukannuya, alias "the job could in fact be done".
§ Compliments
adalah
ungkapan kata pujian atas diri seseorang, bisa dalam konteks berkomunikasi atau
sapaan akrab.
§ Silence,
mempunyai arti yang berbeda-beda dalam budaya yang berbeda. Di Jepang, diam
bisa berarti "I don't like your idea," tetapi juga bisa
berarti , "I'm thinking. Orang Mesir mengartikan diam dengan
konsentrasi. Orang Yunani mengartikannya dengan penolakan. Kalau di Indonesia
diam adalah bisa takut atau tidak mengerti sama sekali.
§ Voice
Qualities adalah keras lemahnya suara dalam berkomunikasi. Terlalu
keras dalam bersuara, lawan bicara bisa mengartikan pernyataan tersebut dengan
tulus hati, sungguhsungguh atau malah bisa diartikan kasar.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Semakin pesatnya
perkembangan teknologi saat ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi antar
budaya. Dimana ada perbedaan bahasa, kebiasaan dan lain
sebagainya. Pengembangan keterampilan berkomunikasi bisnis antar budaya
menjadi semakin penting artinya, mengingat dunia bisnis sudah menjadi
bagian dari globalisasi. Kita juga dapat mempelajari secara detail mengenai
kebudayaan dengan berbagai cara yang sangat banyak saat ini, seperti
membaca, browsing internet, berita,dan lain-lain agar dapat
memahami perbedaan lintas budaya dan memandangnya sebagai suatu
anugerah bukan memandang dengan mendeskriminasinya.
B. SARAN
Diharapkan
mahasiswa dalam membuat makalah ini harus dengan bersungguh-sungguh agar
mendapatkan hasil yang maksimal, Sehingga pembaca dapat memahami isi
dari makalah yang telah di buat. Dengan membaca isi makalah ini dapat merasa
puas dan pembaca dapat mengetahui tentang Tantangan komunikasi Di Tengah
Keragaman Budaya Dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Bovee,
Courland L., Business Communication Today, Prentice Hall
International, Inc. New Jersey
Locker,
O. Kitty., Business and Administrative Communication, Mc.
Graw Hill - The Ohio State
University, USA,
Mulyana, Deddy., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja
Rosdakarya Bandung, Juni 2000
§
http://ebookbrowse.com/tantangan-komunikasi-di-tengah-keragaman-budaya-dunia-docx-d282265011
§
http://lisna-widiyasari.blogspot.com/2011/02/resume-tantangan-komunikasi-di-tengah.html
0 comments:
Post a Comment